MULIANYA HATI SEORANG GURU 
Oleh : Marolah Abu Akrom (Guru BK SMP Laboratorium Jakarta)

Diantara pekerjaan yang paling mulia dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan ini adalah menjadi guru. Guru itu ibarat lampu yang menerangi kegelapan. Ketika keadaan menjadi gelap, maka tidak akan ada aktifitas yang bisa terlaksana secara benar. Akhirnya kehidupan menjadi mati dan tidak ada lagi harapan untuk mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan.

Sama halnya dengan kehidupan di dunia ini, Jika tidak ada guru maka dunia ini akan sepi tidak ada peradaban, tidak ada pemerintahan, tidak ada gedung-gedung, tidak ada kendaraan, tidak ada hukum, tidak ada segala apapun di dunia ini.


Orang bisa jadi presiden karena jasa guru, orang bisa jadi mentri, karena jasa guru, orang bisa jadi apapun juga itu karena jasa guru. Jadi guru adalah segala-galanya bagi tercapainya kesuksesan di muka bumi.

Tapi pada kenyataaannya tidak semua guru dimuliakan dan mendapatkan tempat yang terhormat di tengah-tengah masyarakat. Ada orangtua yang lebih membela anaknya, padahal jelas-jelas anaknya yang salah, sehingga guru tersebut dipersalahkan sedemikian rupa sampai-sampai harus mendekam di penjara. Ada lagi yang sangat tega seorang murid berani membunuh gurunya sendiri gara-gara tidak terima mendapat hukuman atas pelanggaran yang sering dilakukan.


Ingatlah bahwa guru itu tugasnya tidak ringan. Guru itu mesti membuat berbagai macam administrasi yang menguras pikiran dan menyita waktu, sehingga tujuan utama untuk mendidik iman dan akhlak peserta didik nyaris tidak ada waktu.

Walau demikian, secara umum semua guru di Indonesia di tengah-tengah rusaknya dunia remaja saat ini, terus gigih berjuang secara sungguh-sungguh mengajar berbagai macam disiplin ilmu dan mendidik mereka dengan pendidikan iman dan akhlak mulia, walaupun sikap mereka yang mulia itu terkadang sering tidak mendapat pujian/penghargaan dari orang lain.

Agaknya ada benarnya juga -walaupun penulis tidak begitu sependapat-, dalam sebuah penggalan lagu Hymne Guru disebutkan "Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa". Lagu tersebut diciptkan oleh Bapak Sartono dari Madiun tahun 1980.

Menurut lagu tersebut, seolah-olah guru tidak perlu mendapatkan apresiasi terhadap jasa-jasa besar didalam mengajar dan mendidik putra-putri anak bangsa di Indonesia.

Bersyukurlah beberapa tahun belakang ini pemerintah kita sudah mulai memperhatikan nasib guru diantaranya mendapatkan tunjangan sertifikasi, inpassing, dana hibbah dan lain-lain. Mudah-mudahan dengan semua itu para guru di seluruh Indonesia bisa lebih semangat lagi untuk mendidik putra-putri Indonesia menjadi cerdas, beriman dan berakhlak mulia.

Semoga uraian hikmah hari ini, menjadi sumber motivasi dan inspirasi bagi para pembaca wabilkhusus bagi para guru dimanapun berada. Aamiin

Bekasi, 24 Muharram 1441 H/24 September 2019 M

Comments

Popular posts from this blog

Khutbah Jum'at 1 November 2024 "Dua Nikmat Yang Sering Terlupakn"

Khutbah Jum'at Edisi 11 April 2025 "Halal Bihalal Dan Funsinya"

Khutbah Jum’at Edisi 18 Juli 2025 “Menjauhi Sifat Ananiah"