HIKMAH PAGI
MENGHADAPI TAHUN POLITIK 2019
Oleh : Abu Akrom (Direktur RQL dan Pengasuh Ponpes NW Jakarta)

Tahun 2019 ini adalah tahun politik, dimana hampir seluruh masyarakat yang ada di Indonesia fokus membicarakan tentang politik. Dimana saja mereka berada, mereka berbicara tentang politik tidak ada habis-habisnya. Ada yang berbicara di kampus, hotel, kantor, pasar, rumah dan ditempat lainnya, dengan mengadakan seminar, diskusi, adu argumen. Bahkan ada yang saling pro dan kontra mengenai arah politik Indonesia 2019.

Bila melihat kenyataan yang ada, ada dua jenis politik yang dibicarakan yaitu politik yang bersih atau politik yang kotor. Tergantung keyakinan, persepsi dan peinsip masing-masing sesuai dengan keinginan dan kepentingannya.

Politik yang bersih adalah politik yang suci dilandasi ajaran-ajaran yang suci, keinginan yang suci dan dengan cara yang suci.

Politik itu sendiri adalah suatu ilmu untuk meraih kekuasaan dalam suatu pemerintahan dari  tingkat RT, RW, Lurah, camat, bupati, wali kota, gubernur, mentri sampai presiden.

Orang-orang yang berhati  bersih, tentu ingin meraih kekuasaan dengan cara yang benar, sesuai dengan konstitusi yang ada. Tidak menggunakan cara-cara yang kotor, licik dan curang, apa itu dengan menipu, money politik, menjilat, memfitnah, mengadu domba, menyogok dan lain sebagainya.

Alangkah indahnya cara-cara seperti itu. Inilah yang dicontohkan oleh generasi awal umat Islam zaman dulu, baik itu pada pemerintahan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam maupun khulafaurrasyidin. Umat benar-benar merasakan keadilan dan kemakmuran dalam segala aspek kehidupan, sehingga tercipta kedamaian, persatuan dan kesatuan antara sesama.

Tetapi praktiknya yang kita lihat di dunia ini, demi meraih kekuasaan, banyak kita menyaksikan orang-orang melakukan segala cara tidak peduli halal atau haram. Ada yang korupsi, menghasut, menjegal, memfitnah, menghina, merendahkan, bahkan membunuh lawan politik demi ambisi meraih kekuasaan, na'udzubillah. Padahal meraih kekuasaan itu tidak lama, antara 5 sampai 10 tahun. Makanya jangan heran ketika mereka naik menjadi pejabat publik, banyak yang tidak amanah. Akhirnya berurusan dengan KPK dan ujungnya masuk penjara. Lalu dimana bahagianya?

Yakinlah dalam hal apapun tidak akan membuat hidup menjadi nikmat, tenang dan bahagia, apabila didahului oleh cara-cara penuh dengan  kebohongan, kelicikan dan tipu daya. Karena itulah hukum Al Quran berlaku di alam ini, jika berbuat baik, maka manfaat kebaikan itu akan kembali kepada diri sendiri dan jika berbuat buruk, maka akibat keburukan itu akan kembali kepada diri sendiri. (Al Isra 17:7).

Memang diera zaman terbuka sekarang ini kita mesti melek politik. Jangan kita anggap politik itu tabu, berbahaya dan dapat memecah belah umat. Kita harus mendukung dan berpihak kepada politik yang suci dan bersih, agar kehidupan di negara Indonesia ini penuh dengan keadilan, kedamaian dan kesejahteraan. Mari kita selektif untuk memilih calon pemimpin terbaik kita pada pemilu 17 April 2019 nanti.

Kita tunjukkan bahwa kita adalah rakyat yang peduli terhadap nasib negara kita lima tahun mendatang. Jangan sampai salah pilih pemimpin. Kita ingin negara kita menjadi negara berdaulat, negara yang maju dan dapat bersaing ke kancah internasional dengan pencapaian spektakuler dalam segala bidang. Sehingga terwujudlah negara yang penuh berkah sebagaimana yang diinginkan Al Quran yaitu baldatun thayyibatun warabbun gahafuur.

Dalam menghadapi tahun politik sekarang ini, gunakan akal sehat, berpikirlah dengan jernih, jangan memancing keadaan menjadi kacau, sehingga menyebabkan retaknya hubungan persaudaraan kepada sesama, hilangnya rasa persatuan  dan lenyapnya nilai kedamaian di tengah masyarakat.

Semoga uraian hikmah pagi ini mencerahkan nurani dan akal kita, sehingga kita menjadi insan yang cerdas di muka bumi. Aamiin.

Bekasi, 10 Jumadil Awal 1440 H/15 Februari 2019 M

Comments

Popular posts from this blog

Khutbah Jum'at 1 November 2024 "Dua Nikmat Yang Sering Terlupakn"

Khutbah Jum'at Edisi 11 April 2025 "Halal Bihalal Dan Funsinya"

Khutbah Jum’at Edisi 18 Juli 2025 “Menjauhi Sifat Ananiah"